PuGnaToR
Pugnator like 1942663.gifFreedom to Palestine - just join to my Blog

Senin, 24 Desember 2012

Martial Arts & Self Defense


Capoeira merupakan sebuah olah raga bela diri yang dikembangkan oleh para budak Afrika di Brasil pada sekitar tahun 1500-an. Gerakan dalam capoeira menyerupai tarian dan bertitik berat pada tendangan. Pertarungan dalam capoeira biasanya diiringi oleh musik dan disebut Jogo. Capoeira sering dikritik karena banyak orang meragukan keampuhannya dalam pertarungan sungguhan, dibanding seni bela diri lainnya seperti Karate atau Taekwondo


Aikido adalah salah satu seni beladiri asal Jepang yang diciptakan oleh Morihei Ueshiba. Aikido diciptakan pada era modernisasi Jepang yang berlangsung sekitar tahun 1800-an. Beladiri ini merupakan kombinasi dari ilmu pedang Kenjutsu dan Jujutsu yang juga merupakan bentuk seni beladiri tradisional Jepang. Pengaruh Kenjutsu tampak dalam pengaturan gerakan gerakan atau langkah langkah kaki. Sedangkan pengaruh jujutsu tampak dalam penggunaan teknik kuncian dan lemparan.


Seni beladiri ini diciptakan dengan menekankan harmonisasi dan keselarasan antara energi ki(prana) individu dengan ki alam semesta. Aikido juga menekankan pada prinsip kelembutan dan bagaimana untuk mengasihi serta membimbing lawan. Prinsip ini diterapkan pada gerakan-gerakannya yang tidak menangkis serangan lawan atau melawan kekuatan dengan kekuatan tetapi "mengarahkan" serangan lawan untuk kemudian menaklukkan lawan tanpa ada niat untuk mencederai lawan. Berbeda dengan beladiri pada umumnya yang lebih mengutamakan pada latihan kekuatan fisik dan stamina, Aikido lebih mendasarkan latihannya pada penguasaan diri dan kesempurnaan teknik. Teknik teknik yang digunakan dalam Aikido kebanyakan berupa teknik elakan, kuncian, lemparan, bantingan. Sementara teknik teknik pukulan maupun tendangan dalam praktiknya jarang digunakan.Falsafah falsafah yang mendasari Aikido, yaitu kasih dan konsep mengenai ki inilah yang membuat Aikido menjadi suatu seni beladiri yang unik.

Sistem tingkatan yang harus dilalui oleh seorang praktisi aikido hampir sama dengan yang digunakan oleh seni beladiri asal Jepang lainnya, yaitu sistem Kyu untuk tingkat dasar dan Dan untuk tingkat mahir. Secara singkat, praktisi yang berada di tingkat kyu 6 sampai kyu 4 menggunakan tanda berupa sabuk yang berwarna putih. Sementara praktisi yang mencapai tingkatan kyu 3 sampai 1 menggunakan sabuk berwarna cokelat. Tingkatan selanjutnya adalah Dan. Praktisi yang mencapai tingkatan ini ditandai dengan sabuk yang berwarna hitam serta aksesoris tambahan berupa celana panjang bernama Hakama. Celana seperti ini biasa dipakai oleh para samurai pada jaman dahulu.

Jiu Jitsu


JUI JITSU
Jujutsu (bahasa Jepang:jūjutsu; juga jujitsu, ju jutsu, ju jitsu, atau jiu jitsu) adalah sistem bela diri Jepang; sejenis olah raga bela diri Jepang.


Ju-Jitsu atau Jiu-Jitsu atau Jujutsu merupakan teknik bela diri yang berasal dari jaman Jepang Kuno. Munculnya boleh dibilang hampir bersamaan dengan bela diri tertua di Jepang yaitu Sumo/Gulat Jepang (230 th SM. Merupakan induk berbagai bela diri dari Jepang, Korea, Brazil, Rusia, Israel dll. Diantaranya Judo, Aikido, Kobudo, Kendo, Iaido, Hapkido(Korea), Vale Tudo(Brazil),Sambo(Rusia), Krav Maga(Israel) dll

Secarah harfiah kata Jiu atau Ju berarti lentur atau fleksibel dan kata Jitsu atau Jutsu berarti teknik atau cara/metode. Maka Ju-Jitsu berarti bela diri yang fleksibel, ada teknik keras ada juga teknik lembut/halus, ada teknik menyerang ada teknik bertahan, ada teknik menggunakan kekuatan fisik ada pula dengan tenaga dalam, banyak teknik tangan kosong banyak pula teknik menggunakan senjata.

Intinya Jiu-Jitsu menggunakan segala teknik/cara untuk melumpuhkan/manguasai lawan. Pada dasarnya teknik Jiu-Jitsu adalah teknik bertarung bebas yang sebenarnya bukanlah sport. Akan tetapi dalam masa modern ini Sport Ju-Jitsu juga mulai marak sehingga muncul banyak sekali even–even pertandingan Ju-Jitsu di berbagai negara dengan berskala Nasional, Regional maupun Internasional

JU-JITSU DI INDONESIA




Ada banyak organisasi Jiu-Jitsu (Jujutsu) di Indonesia, dan salah satu yang terkemuka adalah dari aliran "Kyushin Ryu". Jiu-Jitsu aliran Kyushin Ryu masuk ke Indonesia pada masa pergolakan Perang Dunia II (1942) di bawa oleh seorang tentara Jepang yang bernama “ Ishikawa “. Karena itu Jiu-jitsu Indonesia (IJI) dikenal dengan aliran “ I Kyushin Ryu “.

Ishikawa kemudian mewariskan ilmunya kepada R. Sutopo (Ponorogo) yang kemudian diturunkan kepada kelima muridnya yaitu Drs. Firman Sitompul (Dan X), Drs. Heru Nurcahyo (Dan VII), Drs. Bambang Supriyanto (Dan VI), Irjen(Pol) DPM Sitompul, SH, MH (Dan V) dan Drs. Heru Winoto (Dan V). Kelima murid inilah yang menjadi cikal bakal tumbuh dan berkembangnya Jiu-Jitsu di Indonesia. Sebelum dibentuk organisasi “Institut Jiu-Jitsu Indonesia (IJI)”, Jiu-Jitsu dikenal dengan sebutan Perkumpulan Bela Diri Silat “Bantaran Angin” yang berpusat di Ponorogo.

Untuk mengembangkan Jiu-Jitsu ke seluruh Indonesia maka kemudian pusat pengembangan Ju-Jitsu dipindahkan ke Jakarta. Di sinilah dibentuk suatu organisasi resmi dan berbadan hukum yang bernama “ Institut Jiu-Jitsu Indonesia “ disingkat “ IJI ”, tepatnya tanggal 8 Desember 1981.

Pada tahun itu juga saat diadakan demonstrasi bela diri Jiu-Jitsu di Perguruan Tinggi Ilmu Kepolisian (PTIK) Jakarta, Jiu-Jitsu berhasil mendapatkan penghargaan serta pengakuan dari Kedutaan Besar Jepang.

Hingga saat ini Jiu-Jitsu telah masuk di POLRI dan juga di berbagai kesatuan militer seperti KOPASSUS, KOSTRAD, PASPAMPRES, MARINIR dll. Jiu-Jitsu juga dikembangkan di sekolah-sekolah, instansi-instansi pemerintah maupun swasta dan juga di perguruan

TONFA JUTSU

Ilmu yang dipelajari dan dikembangkan Institut Ju-jitsu Indonesia antara lain beladiri tangan kosong dan senjata. Senjata yang diajarkan diantaranya : Tonfa yaitu senjata yang telah dipakai oleh Polisi Indonesia. Tonfa dikembangkan oleh Anang Dan 3 Ju-Jitsu(salah satu murid Ju-Jitsu dari Jawa Timur) Bersama kawan-kawannya dari Pengurus Daerah Jawa Timur diantaranya Asikwanurrizal Dan2 dan Benny Dan 1 menyusun Kata 1 Tonfa, Kata 2 Tonfa dan Kata 3 Tonfa atau yang populer dengan nama Kata 8 penjuru mata angin yang disusunnya sendiri dalam waktu kurang dari satu jam (Diperagakan 1000 personil pada saat Upacara Hari Bhayangkara ke-57, 1 Juli 2003 di Lapanga Terbang Pondok Cabe, Tangerang.

Saat ini ilmu tonfa masih terus dikembangkan oleh Anang dan timnya yang tergabung dalam SELF DEFENCE CLUB - INSTITUT JU-JITSU INDONESIA

Jujutsu




Jujutsu (juga dieja Jujitsu, Ju-Jitsu atau Jiu-Jitsu)adalah sebuah seni beladiri yang berasal dari Jepang. Jujutsu pada dasarnya adalah bentuk pembelaan diri yang bersifat defensif dan memanfaatkan "Yawara-gi" atau teknik-teknik yang bersifat fleksibel, dimana serangan dari lawan tidak dihadapi dengan kekuatan, melainkan dengan cara "menipu" lawan agar daya serangan tersebut dapat digunakan untuk mengalahkan dirinya sendiri. Dari seni beladiri Jujutsu ini, lahirlah beberapa seni beladiri lainnya yang mempunyai konsep defensif serupa, yaitu Aikido dan Judo, keduanya juga berasal dari Jepang.

Jujutsu terdiri atas bermacam-macam aliran (Ryuha), namun pada garis besarnya terbagi atas dua "gaya", yaitu tradisional dan modern. Gerakan dari kedua macam "gaya" Jujutsu ini adalah hampir sama, namun jurus-jurus Jujutsu modern sudah disesuaikan dengan situasi pembelaan diri di jaman modern, sedangkan jurus-jurus Jujutsu tradisional biasanya mencerminkan situasi pembelaan diri di saat aliran Jujutsu yang bersangkutan diciptakan. Sebagai contoh, Jujutsu yang diciptakan di jaman Sengoku Jidai (sebelum Shogun Tokugawa berkuasa) menekankan pada pertarungan di medan perang dengan memakai baju besi (disebut Yoroi Kumi Uchi), sedangkan yang diciptakan di jaman Edo (sesudah Shogun Tokugawa berkuasa) menekankan pada beladiri dengan memakai pakaian sehari-hari (Suhada Jujutsu).

Teknik-teknik Jujutsu pada garis besarnya terdiri atas atemi waza (menyerang bagian yang lemah dari tubuh lawan), kansetsu waza/gyakudori (mengunci persendian lawan) dan nage waza (menjatuhkan lawan). Setiap aliran Jujutsu memiliki caranya sendiri untuk melakukan teknik-teknik tersebut diatas. Teknik-teknik tersebut lahir dari metode pembelaan diri kaum Samurai (prajurit perang jaman dahulu) di saat mereka kehilangan pedangnya, atau tidak ingin menggunakan pedangnya (misalnya karena tidak ingin melukai atau membunuh lawan).

Aliran Jujutsu yang tertua di Jepang adalah Takenouchi-ryu yang didirikan tahun 1532 oleh Pangeran Takenouchi Hisamori. Aliran-aliran lain yang terkenal antara lain adalah Shindo Yoshin-ryu yang didirikan oleh Matsuoka Katsunosuke pada tahun 1864, Daito-ryu yang didirikan oleh Takeda Sokaku pada tahun 1892, Hakko-ryu yang didirikan Okuyama Ryuho pada tahun 1942, dan banyak aliran lainnya.

Di Indonesia, ada beberapa perguruan Jujutsu/Ju-Jitsu yang cukup populer, selain perguruan Institut Jiu-Jitsu Indonesia yang didirikan oleh Bp. Sitompul, juga dapat dijumpai perguruan PORBIKAWA (Persatuan Beladiri Ishikawa) yang didirikan oleh Master Ishikawa (dan diteruskan oleh murid utama beliau, Bp. Tan Sing Tjay), perguruan Jiujitsu Club Indonesia (JCI) http://www.geocities.com/wadokai_indonesia/jci.html yang didirikan oleh Bp. Ferry Sonneville pada tahun 1953, perguruan Goshinbudo Jujutsu Indonesia (GBI) http://www.geocities.com/gbi_club yang didirikan oleh Bp. Ben Haryo pada tahun 1997, perguruan Take Sogo Budo yang didirikan oleh Bp. Hero Pranoto, dan perguruan Samurai Jujutsu Indonesia (SJJI) yang didirikan oleh Bp. Budi Martadi.

Perguruan Goshinbudo Jujutsu Indonesia (GBI) berafiliasi dengan JKF-Wadokai (beraliran Wado) dan Kokusai Dentokan Renmei (beraliran Hakko-ryu) http://www.dentokanhombu.com sedangkan Samurai Jujutsu Indonesia (SJJI) berafiliasi dengan Kokusai Jujutsu Renmei http://www.genbukan.org

Kedua perguruan diatas beraliran Jujutsu tradisional/murni, karena gerakannya didasarkan pada teknik-teknik Jujutsu Jepang sesuai aslinya, tanpa perubahan atau inovasi lokal dari anggota-anggota yang ada di Indonesia. Di perguruan GBI misalnya, diajarkan waza (teknik) yang berasal dari Hakko-ryu Jujutsu, Shindo Yoshin-ryu Jujutsu dan Ryoishinto-ryu Jujutsu, Sedangkan di perguruan SJJI, diajarkan teknik dari Hontai Takagi Yoshin-ryu Jujutsu, Asayama Ichiden-ryu Jujutsu dan beberapa aliran lainnya.

Ciri khas Jujutsu tradisional antara lain adalah tidak memiliki format pertandingan/kompetisi, serta masih menjalin hubungan dengan hombu dojo (dojo induk) yang ada di negara asal Jujutsu, yaitu Jepang. Sedangkan Jujutsu modern (seperti Gracie Jiu-Jitsu dari Brazil) biasanya menekankan pada pertandingan/kompetisi dan sudah tidak memiliki hubungan dengan negara asalnya

eTiKa Profesi IT World


Sebelum qt ke etika Profesi di dalam Dunia Teknologi Informasi sebaiknya qt harus tau pengertian ETIKA,,
di bawah ini ada beberapa pengertian, yaitu :

•Kode moral dari suatu profesi tertentu
•Standar penyelenggaraan suatu profesi tertentu
•Persetujuan diantara manusia untuk melakukan yang benar dan menghindari yang salah.

Etika dalam bidang teknologi informasi sangat perlu dikaji terus menerus untuk mendapatkan bentuk yang baku yang bisa diterima komunitas manusia, yang akan membantu dunia dalam memanfaatkan teknologi informasi sebaik-baiknya untuk kemudahan dan kenyamanan umat manusia dan menghindari hal-hal yang merugikan.

Etika yang dalam sejarah kehidupan manusia telah melewati masa perkembangan yang panjang, sejak awal lahirnya para pemikir yang dalam arti yang sebenarnya berarti filsafat mengenai bidang moral, berusaha memberi patokan-patokan dasar kepada manusia. Menurut Franz Magnis Suseno dalam bukunya Etika Jawa, Sebuah Analisa Filsafat tentang Kebijaksanaan Hidup Jawa, etika didefiniskan sebagai keseluruhan norma dan penilaian yang dipergunakan oleh masyarakat yang bersangkutan untuk mengetahui bagaimana manusia seharusnya menjalankan kehidupannya. Jadi di mana mereka menemukan jawaban atas pertanyaan: bagaimana saya harus membawa diri, sikap-sikap, dan tindakan-tindakan mana yang harus saya kembangkan agar hidup saya sebagai manusia berhasil? .

Di sisi lain, perkembangan teknologi informasi yang sedemikian cepat, dengan mudah melupakan etika-etika kepantasan yang harus dipenuhi agar manfaat yang didapat dari perkembangannya bisa membawa “keberhasilan” bagi manusia, bukan malahan kebalikannya, kehancuran dan “chaos”. Kecanggihan teknologi, terutama teknologi informasi mampu memberi “kuasa” lebih kepada yang menguasainya yang memungkinkannya untuk memberikan manfaat maksimal kepada sesamanya, atau kebalikannya memberinya kekuatan untuk memperalat dan menguasai orang lain.

Sebagai bagian dari usaha untuk memformulasikan hal-hal yang bersifat intuitif kurang jelas, menjadi sesuatu yang lebih spesifik yang membawa kebaikan bagi pemanfaatan teknologi informasi, beberapa organisasi profesi memiliki kode etik yang mengikat para anggotanya. Selain itu dalam perkembangannya, beberapa perusahaan untuk menjaga etika bisnisnya agar memiliki acuan yang jelas dan pasti untuk kelangsungan bisnisnya, dalam menjaga keseimbangan antara kepentingan perusahaan/pemilik modal(“stockholder theory”) dan kepentingan sosial (“social contract theory”) , guna memberikan batas-batas atau aturan yang jelas, membuat acuan dalam pemanfaatan sistem informasi perusahaan demikian disampaikan oleh James A Brian dalam bukunya “Management Information System, Managing Information Technology in the Business Enterprise”

Etika profesi
 adalah norma-norma, syarat-syarat dan ketentuan-ketentuan yang harus dipenuhi oleh sekelompok orang yang disebut kalangan profesional. Lalu siapakah yang disebut profesional itu? Orang yang menyandang suatu profesi tertentu disebut seorang profesional. Selanjutnya Oemar Seno Adji mengatakan bahwa peraturan-peraturan mengenai profesi pada umumnya mengatur hak-hak yang fundamental dan mempunyai peraturan-peraturan mengenai tingkah laku atau perbuatan dalam melaksanakan profesinya yang dalam banyak hal disalurkan melalui kode etik.
Sedangkan yang dimaksud dengan
 profesi adalah suatu moral community (masyarakat moral) yang memiliki cita-cita dan nilai bersama. Mereka membentuk suatu profesi yang disatukan karena latar belakang pendidikan yang sama dan bersama-sama memiliki keahlian yang tertutup bagi orang lain.

Banyaknya aplikasi dan peningkatan penggunaan TI telah menimbulkan berbagai isu etika, yang dapat dikategorikan dalam empat jenis:

1. Isu privasi: rahasia pribadi yang sering disalahgunakan orang lain dengan memonitor e-mail, memeriksa komputer orang lain, memonitor perilaku kerja (kamera tersembunyi). Pengumpulan, penyimpanan, dan penyebaran informasi mengenai berbagai individu/pelanggan dan menjualnya kepada pihak lain untuk tujuan komersial. Privasi informasi adalah hak untuk menentukan kapan, dan sejauh mana informasi mengenai diri sendiri dapat dikomunikasikan kepada pihak lain. Hak ini berlaku untuk individu, kelompok, dan institusi.

2. Isu akurasi: autentikasi, kebenaran, dan akurasi informasi yang dikumpulkan serta diproses. Siapa yang bertanggung jawab atas berbagai kesalahan dalam informasi dan kompensasi apa yang seharusnya diberikan kepada pihak yang dirugikan?

3. Isu properti: kepemilikan dan nilai informasi (hak cipta intelektual). Hak cipta intelektual yang paling umum berkaitan dengan TI adalah perangkat lunak. Penggandaan/pembajakan perangkat lunak adalah pelanggaran hak cipta dan merupakan masalah besar bagi para vendor, termasuk juga karya intelektual lainnya seperti musik dan film.

4. Isu aksesibilitas: hak untuk mengakses infomasi dan pembayaran biaya untuk mengaksesnya. Hal ini juga menyangkut masalah keamanan sistem dan informasi.

Salah satu alasan sulitnya menegakkan etika di dunia TI adalah karena relatif barunya bidang ini. Tak seperti dunia kedokteran yang usianya sudah ratusan abad, bidang TI adalah profesi baru. Walaupun ada juga yang melanggar, dalam dunia kedokteran, etika profesi sangat dijunjung tinggi. Ini jauh berbeda dengan dunia TI, di mana orang sangat mudah melanggar etika. Orang masih meraba-raba batasan antara inovasi, kreatifitas, dan pelanggaran etika. Apalagi dunia ini hampir sepenuhnya digeluti oleh anak-anak muda yang kerap mengabaikan persoalan moralitas yang abu-abu.

Kode etik profesi Informatikawan merupakan bagian dari etika profesi.Kode etik profesi merupakan lanjutan dari norma-norma yang lebih umum yang telah dibahas dan dirumuskan dalam etika profesi. Kode etik ini lebih memperjelas,mempertegas dan merinci norma-norma ke bentuk yang lebih sempurna walaupun sebenarnya norma-norma terebut sudah tersirat dalam etika profesi. Dengan demikian kode etik profesi adalah sistem norma atau aturan yang ditulis secara jelas dan tegas serta terperinci tentang apa yang baik dan tidak baik, apa yang benar dan apa yang salah dan perbuatan apa yang harus dilakukan dan tidak boleh dilakukan oleh seorang profesional. Tujuan utama dari kode etik adalah memberi pelayanan khusus dalam masyarakat tanpa mementingkan kepentingan pribadi atau kelompok. Adapun fungsi dari kode etik profesi adalah :

1. Memberikan pedoman bagi setiap anggota profesi tentang prinsip profesionalitas yang digariskan.
2. Sebagai sarana kontrol sosial bagi masyarakat atas profesi yang bersangkutan
3. Mencegah campur tangan pihak diluar organisasi profesi tentang hubungan etika dalam keanggotaan profesi.

Hotel Bintang


unit hotel;

interface

uses
  Windows, Messages, SysUtils, Variants, Classes, Graphics, Controls, Forms,
  Dialogs, StdCtrls;

type
  TForm1 = class(TForm)
    GroupBox1: TGroupBox;
    Label1: TLabel;
    Label2: TLabel;
    Label3: TLabel;
    ComboBox1: TComboBox;
    Label4: TLabel;
    ComboBox2: TComboBox;
    Edit1: TEdit;
    RadioButton1: TRadioButton;
    RadioButton2: TRadioButton;
    RadioButton3: TRadioButton;
    GroupBox2: TGroupBox;
    Label5: TLabel;
    Label6: TLabel;
    Label7: TLabel;
    Label8: TLabel;
    Label9: TLabel;
    ComboBox3: TComboBox;
    Edit2: TEdit;
    CheckBox1: TCheckBox;
    CheckBox2: TCheckBox;
    CheckBox3: TCheckBox;
    Edit3: TEdit;
    Button1: TButton;
    Button2: TButton;
    procedure FormActivate(Sender: TObject);
    procedure Button1Click(Sender: TObject);
    procedure Button2Click(Sender: TObject);
    procedure ComboBox1Change(Sender: TObject);
    procedure RadioButton1Click(Sender: TObject);
    procedure RadioButton2Click(Sender: TObject);
    procedure RadioButton3Click(Sender: TObject);
    procedure ComboBox3Change(Sender: TObject);
    procedure CheckBox1Click(Sender: TObject);
    procedure CheckBox2Click(Sender: TObject);
    procedure CheckBox3Click(Sender: TObject);
  private
    { Private declarations }
  public
  procedure bersih;
  procedure aktif;
  procedure nonaktif;
    { Public declarations }
  end;

var
  Form1: TForm1;
  biaya : integer;
implementation

{$R *.dfm}
procedure Tform1.bersih;
begin
  combobox1.Text := '';
  combobox2.Text := '';
  combobox3.Text := '';
  edit1.Text := '';
  edit2.Text := '';
  edit3.Text := '0';
  radiobutton1.Checked := false;
  radiobutton2.Checked := false;
  radiobutton3.Checked := false;
  checkbox1.Checked := false;
  checkbox2.Checked := false;
  checkbox3.Checked := false;

end;

procedure Tform1.aktif;
begin

  combobox1.Enabled := true;
  combobox2.Enabled := true;
  combobox3.Enabled := true;
  edit1.Enabled := true;
  edit2.Enabled := true;
  edit3.Enabled := true;
  radiobutton1.Enabled := true;
  radiobutton2.Enabled := true;
  radiobutton3.Enabled := true;
  checkbox1.Enabled := true;
  checkbox2.Enabled := true;
  checkbox3.Enabled := true;
end;

procedure Tform1.nonaktif;
begin

  combobox1.Enabled := false;
  combobox2.Enabled := false;
  combobox3.Enabled := false;
  edit1.Enabled := false;
  edit2.Enabled := false;
  edit3.Enabled := false;
  radiobutton1.Enabled := false;
  radiobutton2.Enabled := false;
  radiobutton3.Enabled := false;
  checkbox1.Enabled := false;
  checkbox2.Enabled := false;
  checkbox3.Enabled := false;
end;

procedure TForm1.FormActivate(Sender: TObject);
begin
nonaktif;
bersih;
end;

procedure TForm1.Button1Click(Sender: TObject);
begin
aktif;
bersih;
end;

procedure TForm1.Button2Click(Sender: TObject);
begin
close;
end;

procedure TForm1.ComboBox1Change(Sender: TObject);
var
a : integer;
begin
combobox2.Items.Clear;
  if combobox1.Text = '1' then
    begin
       for a := 100 to 175 do combobox2.Items.Add(inttostr(a));
    end
  else if combobox1.Text = '2' then
    begin
       for a := 200 to 250 do combobox2.Items.Add(inttostr(a));
    end
  else if combobox1.Text = '3' then
    begin
       for a := 300 to 320 do combobox2.Items.Add(inttostr(a));
    end;



end;

procedure TForm1.RadioButton1Click(Sender: TObject);
begin
if combobox1.Text = '1' then
  edit1.Text := '175000'
else if combobox1.Text = '2' then
  edit1.Text := '250000'
else if combobox1.Text = '3' then
  edit1.Text := '400000';

end;

procedure TForm1.RadioButton2Click(Sender: TObject);
begin
if combobox1.Text = '1' then
  edit1.Text := '300000'
else if combobox1.Text = '2' then
  edit1.Text := '475000'
else if combobox1.Text = '3' then
  edit1.Text := '550000';
end;

procedure TForm1.RadioButton3Click(Sender: TObject);
begin
if combobox1.Text = '1' then
  edit1.Text := '600000'
else if combobox1.Text = '2' then
  edit1.Text := '750000'
else if combobox1.Text = '3' then
  edit1.Text := '900000';
end;

procedure TForm1.ComboBox3Change(Sender: TObject);
begin
if combobox3.Text = 'SPA' then
  edit2.Text := '125000'
else if combobox3.Text = 'GYM' then
  edit2.Text := '75000'
else if combobox3.Text = 'BAR' then
  edit2.Text := '180000';


end;

procedure TForm1.CheckBox1Click(Sender: TObject);
begin
if checkbox1.Checked = true then
  biaya := biaya + 80000
else if checkbox1.Checked = false then
  biaya := biaya - 80000;

  edit3.Text := inttostr(biaya);

end;

procedure TForm1.CheckBox2Click(Sender: TObject);
begin
if checkbox2.Checked = true then
  biaya := biaya + 150000
else if checkbox2.Checked = false then
  biaya := biaya - 150000;

  edit3.Text := inttostr(biaya);

end;

procedure TForm1.CheckBox3Click(Sender: TObject);
begin
if checkbox3.Checked = true then
  biaya := biaya + 200000
else if checkbox3.Checked = false then
  biaya := biaya - 200000;

  edit3.Text := inttostr(biaya);


end;

end.

Borland Delphi


unit Latihan;

interface

uses
  Windows, Messages, SysUtils, Variants, Classes, Graphics, Controls, Forms,
  Dialogs, StdCtrls;

type
  TForm1 = class(TForm)
    Label1: TLabel;
    Label2: TLabel;
    Label3: TLabel;
    Label4: TLabel;
    Label5: TLabel;
    Label6: TLabel;
    Label7: TLabel;
    Label8: TLabel;
    ckode: TComboBox;
    tnama: TEdit;
    tbiaya: TEdit;
    tjenis: TEdit;
    tlama: TEdit;
    ttotal: TEdit;
    tdiskon: TEdit;
    tbonus: TEdit;
    Label9: TLabel;
    ttobay: TEdit;
    binput: TButton;
    bbatal: TButton;
    bkeluar: TButton;
    procedure ckodeClick(Sender: TObject);
    procedure tlamaKeyPress(Sender: TObject; var Key: Char);
    procedure binputClick(Sender: TObject);
    procedure bbatalClick(Sender: TObject);
    procedure bkeluarClick(Sender: TObject);
  private
    { Private declarations }
  public
    { Public declarations }
    Procedure Bersih;
    Procedure Aktif;
    Procedure Nonaktif;
  end;

var
  Form1: TForm1;

implementation

{$R *.dfm}
procedure tform1.bersih;
begin
ckode.Text:='';
tnama.text:='';
tbiaya.text:='0';
tjenis.text:='';
tlama.text:='';
ttotal.text:='0';
tdiskon.text:='';
ttobay.text:='0';
tbonus.Text:='';
end;

procedure tform1.aktif;
begin
ckode.Enabled:=true;
tnama.Enabled:=true;
tbiaya.Enabled:=true;
tjenis.Enabled:=true;
tlama.Enabled:=true;
ttotal.Enabled:=true;
tdiskon.Enabled:=true;
ttobay.Enabled:=true;
tbonus.Enabled:=true;
end;

procedure tform1.Nonaktif;
begin
ckode.Enabled:=false;
tnama.Enabled:=false;
tbiaya.Enabled:=false;
tjenis.Enabled:=false;
tlama.Enabled:=false;
ttotal.Enabled:=false;
tdiskon.Enabled:=false;
ttobay.Enabled:=false;
tbonus.Enabled:=false;
end;


procedure TForm1.ckodeClick(Sender: TObject);
begin
if copy(ckode.Text,1,2)='MR' then
tnama.Text:='Mawar'
else
if copy(ckode.Text,1,2)='ML' then
tnama.Text:='Melati'
else
if copy(ckode.Text,1,2)='KB' then
tnama.Text:='Kamboja'
else
tnama.Text:='Cempaka';

if copy(ckode.Text,4,2)='15' then
tbiaya.Text:='150000'
else
if copy(ckode.Text,4,2)='13' then
tbiaya.Text:='130000'
else
if copy(ckode.Text,4,2)='11' then
tbiaya.Text:='110000'
else
tbiaya.Text:='200000';

if copy(ckode.Text,7,1)='V' then
tjenis.Text:='VIP'
else
if copy(ckode.Text,7,1)='R' then
tjenis.Text:='Reguler'
else
if copy(ckode.Text,7,1)='S' then
tjenis.Text:='Small'
else
tjenis.Text:='Family';
end;
procedure TForm1.tlamaKeyPress(Sender: TObject; var Key: Char);
const
persen=0.1;
var
a,b,c,d,e:real;
begin
if key=#13 then
begin
a:=strtofloat(tbiaya.Text);
b:=strtofloat(tlama.Text);
c:=a*b;
ttotal.Text:=floattostr(c);
if b>5 then
tdiskon.Text:='10%'
else
tdiskon.Text:='Tidak Ada';
d:=strtofloat(ttotal.Text);
e:=d-(d*persen);
ttobay.Text:=floattostr(e);
if e>1000000 then
tbonus.Text:='1 set alat dapur'
else
tbonus.Text:='Terima Kasih';
end
end;
procedure TForm1.binputClick(Sender: TObject);
begin
Aktif;
end;

procedure TForm1.bbatalClick(Sender: TObject);
begin
Bersih;
Nonaktif;
end;

procedure TForm1.bkeluarClick(Sender: TObject);
begin
if(application.MessageBox('Yakin Akan Keluar?', 'Konfirmasi',MB_OkCancel)=ID_Ok) then
close;
end;

end.